Burung Branjangan yang memiliki nama latin Mirafra javanica adalah plasma nutfah asli indonesia meski dijumpai pula di Australia dan merupakan burung penyanyi yang lebih menyukai hidup di permukaan tanah seperti lapangan terbuka dan semak-semak. Mereka juga berkembang biak di semak-semak tanaman, bahkan ada juga yang memanfaatkan lubang sampah sebagai sarang bertelur. Mungkin karena lokasi sarang umumnya di permukaan tanah, anakan banjangan yang belum bisa terbang begitu mudah diambil para pemikat burung. Kalau bertengger, dia lebih senang di atas batu dari pada cabang pohon. Burung ini memiliki gaya khas yakni berkicau sambil terbang (hovering).
Tingkat perkembangbiakan branjangan di alam lia terbilang cepat, melebihi sebagian besar spesies burrung kicauan lainnya. Jika di suatu lokasi ada beberapa pasangan burung branjangan, dan tidak ada gangguan terutama dari manusia, pasti beberapa bulan kemudian terjadi lonjakan jumlah branjangan yang hidup di lokasi tersebut.
Namun Branjangan merupakan burung yang harus diselamatkan dari ancaman kepunahan. Saat ini bisa dikatakan bahwa branjangan makin sulit ditemui di alam liar, terlebih di Pulau Jawa. Padahal dahulu burung ini mudah ditemui dan hidup di wilayah pertanian khususnya di Jawa. Maaknya penangkapan burung di alam liar, makin banyaknya lahan pertanian yang dikonversi ke lahan non-pertanian, serta gangguan pestisida pada tanaman padi, membuat populasi branjangan makin menyusut. Tidak berlebihan kiranya jika penagkaran menjadi jawaban yang tepat untuk menghindari makin langkanya keberadaan branjangan.
Berangkat dari kenyataan dan pemikiran itulah mengapa Ian dari hutan hijau farm gresik, mencoba mengembangkan branjangan sehingga keberadaannya bibsa dinikmati oleh masyarakat. “Saya tertarik untuk menangkar branjangan karena memiliki tantangan tersendiri. Saya kira tidak butuh perawatan khusus,” jelas Ian Aditya. Meski di alam bebas branjangan mudah berkembang biak, penangkaran branjangan melalui tangan manusia bukan pekerjaan mudah.
Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan dalam menangkar branjangan antara lain burung ini rawan stres, apalagi jika kandang dan sarangnya sering dijamah atau terusik manusia. Menurut Ian, branjangan memiliki perbedaan dengan burung lain dalam hal penjodohan. Jika burung pada umumnya penjodohan bisa dilakukan ketika memasuki masa produktif yakni sekitar usia satu tahun atau lebih, namun tidak demikian dengan branjangan.
“Ketika kita ingin menjodohkan branjangan, itu harus dilakukan sejak usia muda sebelum branjangan memasuki usia 7 bulan,” jelas Ian. Usia yang paling bagus saat menjodohkan sepasang branjangan adalah pada usia 4 bulan. Sebab jika usia branjangan lebih dari 7 bulan, maka akan kesulitan bagi kita untuk menjodohkannya menjadi sepasang indukan produktif. Masih menurut Ian, ketika sepasang indukan branjangan dipertemukan pada usia lebih dari 7 bulan, maka mereka akan tetap hidup dalam satu kandang, namun tidak akan berjodoh dan tidak mau kawin. Faktor ketenangan kandang saat mengerami telur-telurnya menjadi hal yang tidak bisa dikesampingkan.